Malioboro Yogyakarta
Rabu, 10 Januari 2018
Add Comment
Malioboro, Kapan terakhir kali Anda ke Yogyakarta? Yogyakarta menjadi sebuah kota yang bisa menciptakan wisatawan merindukannya dan selalu ingin berlama-lama menikmati suasana Kota Gudeg ini. Kota ini masih memperlihatkan kearifan budaya lokal di tengah zaman yang serba modern. Berada di Yogyakarta, Anda akan mendapat pengalaman menarik menjelajahi budaya Jawa yang masih dipertahankan hingga sekarang.
Banyak daerah wisata menarik yang dimiliki Kota Sang Sultan ini, salah satunya yang sangat terkenal tentu saja Jalan Malioboro. Jalan sepanjang 2,5 km yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke Kantor Pos Yogyakarta ini tak pernah sepi wisatawan setiap harinya. Jalan Malioboro berada bersahabat sekali dengan keraton dan disebut sebagai salah satu titik garis imajiner yang menghubungkan antara Pantai Parangtritis, Keraton Yogyakarta dan Gunung Merapi.
Siapa yang menyangka jikalau dahulu jalanan ini hanyalah jalan sepi dengan banyak pohon asam di tepinya. Jalan Malioboro dahulu hanya dilewati oleh warga yang ingin ke keraton, Benteng Vredeburg ataupun ke Pasar Beringhardjo.
Asal nama Malioboro pun mempunyai dua versi. Pertama, nama ini diambil dari bahasa Sansekerta, yang berarti ‘karangan bunga’. Hal ini dikarenakan sepanjang jalan dahulu dipenuhi oleh karangan bunga setiap kali keraton menggelar program atau hajatan. Versi kedua menyampaikan bahwa nama jalan diambil dari seorang ningrat Inggris, Marlborough, yang tinggal di Yogyakarta antara tahun 1881-1816.
Terlepas dari mana nama Malioboro berawal, jalan paling terkenal di Yogyakarta ini selalu berhasil menarik perhatian wisatawan yang tiba ke kota ini. Jalan Malioboro menjadi semacam sentra buah tangan khas Yogyakarta. Sepanjang jalan, Anda bisa menemukan bermacam-macam suvenir khas mulai dari kaos, batik, blangkon, sandal, kerajinan tangan hingga bakpia patok dan yangko yang merupakan jajanan khas Yogyakarta.
Untuk kuliner, di daerah wisata ini terdapat gugusan pedagang kaki lima yang menawarkam sajian sederhana namun nikmat. Jangan lupa merasakan nasi gudeg yang sudah menjadi masakan wajib coba di Yogyakarta. Untuk minuman, nikmati es dawet yang memperlihatkan rasa legit gula merah dipadu kental dan gurihnya santan kelapa. Sambil menikmati kuliner Anda, sekelompok pangamen akan tiba silih berganti dengan menyanyikan lagu-lagu yang semakin menciptakan Anda jatuh cinta pada Yogyakarta.
Di sepanjang jalan terdapat gugusan tukang becak dan delman yang setia menunggu pelanggan. Inilah saatnya Anda berkeliling sekitar Jalan Malioboro dengan moda transportasi khas Yogyakarta. Tukang becak biasa memperlihatkan paket keliling daerah wisata sekitar dengan biaya yang terjangkau. Delman juga bisa Anda jadikan pilihan jikalau ingin merasakan pengalaman unik berkeliling Yogyakarta.
Selama di Jalan Malioboro, Anda hampir selalu bisa mendengarkan alunan gamelan Jawa yang diputar dari kaset maupun dimainkan secara pribadi oleh seniman jalanan Yogyakarta. Tak hanya di siang hari, daerah wisata ini pun ramai di malam hari. Budaya lesehan dan angkringan tak bisa terlepaskan dari kota anggun ini.
Sampai sekarang, Jalan Malioboro masih menjadi bab penting dari Keraton Yogyakarta. Jalan ini selalu menjadi lokasi kirab setiap kali keraton mengadakan sebuah program dan perayaan tertentu.
Apa yang menarik dari Jalan Malioboro dan sekitarnya?
Jalan Malioboro tak hanya wacana buah tangan khas Yogyakarta. Sepanjang jalan ini terdapat beberapa lokasi yang tak kalah menarik dibandingkan berburu oleh-oleh.
0 Response to "Malioboro Yogyakarta"
Posting Komentar