Kedung Sangkar Gunungkidul
Senin, 08 Januari 2018
Add Comment
Kedung Kandang Gunungkidul - Tahun kemudian Teman Saya tiba dan mengubek-ubek Desa Putat, Kec. Pathuk, Gunungkidul untuk mencari durian khas dari Gunungkidul, yakni durian Kencono Rukmi. Desa Putat dikenal sebagai pusat durian di Gunungkidul. Tidak beruntung Teman Saya alasannya yaitu ekspresi dominan durian sudah selesai. Namun, tak disangka di Dusun Sendangsari Putat, Teman Saya berjumpa dengan sebuah penderasan yang bertingkat-tingkat merayapi batuan hitam di antara daerah sawah-sawah bertingkat.
Teman Saya hanya memandangnya saja dari kejauhan. Terpikir untuk mendatangi penderasan bagus itu tetapi suasana sangat sepi. Tidak ada orang sekalipun. Terlebih daerah tersebut bersahabat dengan pemakaman menambah enggan. Hari sudah menuju senja menciptakan Teman Saya pun urungkan untuk menuju penderasan yang kiranya butuh jalan kaki setengah jam. Waktu itu Teman Saya kesudahannya berpindah ke Embung Nglanggeran yang lokasinya tak jauh dari curug ‘misterius’ tersebut.
Di awal tahun 2015, Teman Saya melihat ada unggahan penderasan bagus itu di sebuah akun instagram. Langsung Teman Saya terlempar pada penderasan yang setahun ini ingin tau ingin Teman Saya kunjungi. Oh, ternyata namanya Kedung Kandang. Baru di final Januari ini Teman Saya tergerak untuk mendatangi Kedung Kandang sekalian ‘berburu’ lagi durian Kencono Rukmi di Desa Putat. Teman Saya pun ajak Dodo, lelaki pengelana Nusantara yang sedang mencari jodoh (kalau ada yang tertarik hubungi Teman Saya, diutamakan cewek :P).
Sama dengan tahun lalu, Teman Saya tak berhasil mendapat durian Kencono Rukmi. Ternyata ketika ini memang gres awal ekspresi dominan durian. Tujuan ke Air Terjun Kedung Kandang pun harus dilaksanakan agar tak kecewa dua kali lipat. Teman Saya datangi lokasi yang sama dengan lokasi setahun lalu. Kini tak lagi sepi. Ada geliat perjaka desa yang menjadi ‘pengelola’ wisata setidaknya sebagai penjaga motor dan pemandu ke lokasi. Ada juga beberapa pengunjung yang mendatangi curug yang ‘tersembunyi’ ini.
“Sekitar mulai seminggu ini, tidak mengecewakan pengunjungnya. Sejak ada perjaka Nglanggeran yang ‘masang’ foto Kedung Kandang di internet.” ungkap Giyanto, warga yang rumahnya paling bersahabat dengan Kedung Kandang.
Perjalanan mendekat ke Kedung Kandang melewati sawah bertingkat-tingkat yang melekuk manis tubuh perbukitan. Jalanan hanya berupa tanah dan pada beberapa tempat terdapat kubangan lumpur. Lanskap indah ini niscaya sangat memuaskan bagi orang yang biasa terobsesi dengan lanskap subak di Ubud, Bali. Bagi penikmat keindahan, perjalanan menyusuri pematang sawah yaitu sesuatu yang sangat menyenangkan. Di kejauhan, Kedung Kandang tampak manja untuk mengundang Teman Saya untuk lekas bertkazim kepadanya.
Perjalanan kini berubah menyusuri sungai yang beralaskan batuan hitam vulkanik. Kawasan Kedung Kandang mempunyai huruf yang sama dengan Gunung Api Purba Nglanggeran, yakni didominasi batuan vulkanik. Aliran sungai tidaklah deras tapi hanya saja perlu waspada untuk menghindari kubangan di tengah sungai. Delapan puluh meter menantang pedoman sungai, kesudahannya Teman Saya tiba di kaki Air Terjun Kedung Kandang.
Daya tarik yang khas dari Kedung Kandang yaitu tingkatan-tingkatan batuan yang mengondisikan air bercucuran manis merayapi tubuh kekarnya. Teman Saya tak menghitungnya secara cermat, tapi kira-kira ada lebih sepuluh tingkat. Di sekeliling air terjun, lanskap yang asri berupa sawah-sawah bertingkat kian mengindahkan Kedung Kandang. Teman Saya coba naik ke beberapa tingkat batuan, Teman Saya terkesima mendapati kubangan-kubangan air yang unik.
Menurut Giyanto, sebenarnya Kedung Kandang yaitu kubangan yang menjadi dasar dari penderasan yang ketinggiannya paling tinggi, sekitar 5 meter. Di Kedung Kandang ini ditumbuhi rerumputan di sekeliling kolamnya. Lantas di bawahnya terdapat tiga kubangan yang sejajar bersandingan, yakni Kedung Kanthil, Kedung Manten dan Kedung Keris. Ada peringatan bagi pengunjung, meskipun tidak dalam tetapi dibutuhkan untuk tidak masuk ke salah satu kubangan kedung itu.
Melihat persawahan dari tepian Kedung Kandang bagi Teman Saya yaitu pengalaman yang mengundang imajinasi. Terhampar persawahan bertingkat yang merajut bersama pohon kelapa kemudian terdapat sungai yang mengalir melekuk-lekuk. Melemparkan suasana selayak di Ubud namun dengan lebih magis alasannya yaitu di bawah Teman Saya ada tiga kedung yang manis bersandingan. Teman Saya duduk santai sembari melihat burung sriti melintas. Namun begitu, lanskap masih ada yang hambar, ada satu yang kurang: cuaca cerah. Sore itu mendung begitu menggelap dan kesudahannya hujan gerimis membuyarkan Teman Saya menikmati lanskap bagus ini.
Teman Saya dan Dodo lantas bergegas pulang dan sempat tersiram hujan yang cukup deras. Untung, sambutan ramah Pak Giyanto di rumah cukup menghangatkan Teman Saya. Teman Saya pun kesudahannya mengobrol banyak dengan lelaki yang berprofesi sebagai tenaga pemasang dak keraton di Yogya sembari menunggu hujan mereda. Dengan dikawani teh hangat dan kacang rebus, Teman Saya mendapat banyak isu wacana durian di desa Putat.
“Ada durian asal Putat yang banyak dicari juga mas selain Kencono Rukmi, durian emas. Teman Sayangnya, kini belum ada yang matang. Kalau ada yang matang nanti Teman Saya kabari ke mas.” kata Pak Giyanto yang sangat ramah dan baik.
Siyaap Pak Giyanto dengan bahagia hati Teman Saya laksanakan! Memang ini sempurna dengan rencana Teman Saya untuk kembali lagi ke Kedung Kandang ketika cuaca cerah. Teman Saya akan tiba lagi ke Kedung Kandang bersamaan dengan menyantap durian mantap dari Desa Putat. Hari telah benar-benar menggelap ketika Teman Saya berpamitan pulang dengan Pak Giyanto. Desa Putat pun benar-benar telah tertelan sepi malam hari.
- Kedung Kandang merupakan penderasan musiman. Oleh alasannya yaitu itu sebaiknya tiba ketika ekspresi dominan penghujan atau peralihan ekspresi dominan penghujan ke ekspresi dominan kemarau. Saat ekspresi dominan kemarau, Kedung Kandang sanggup benar-benar mengering,· Belum ada tiket masuk. 'Wisata' Kedung Kandang dikelola oleh perjaka setempat. Ada kotak sukarela untuk membayar ongkos parkir. Biasanya di hari Sabtu, Minggu dan hari libur ada perjaka yang menjaga parkir. Jika tidak ada, motor sanggup dititipkan di rumah Pak Giyanto yang berada sempurna sebelum kanal ke Kedung Kandang,· Kedung Kandang dijangkau dari pertigaan Desa Nglanggeran lurus ke arah Desa Putat. Sesampai di Desa Putat ada pertigaan yang menikung, belok kanan ambil jalan makadam. Tak jauh dari situ, Kedung Kandang sudah sanggup dilihat dari kejauhan.· Jaga kebersihan di lokasi dan sepanjang jalan.
0 Response to "Kedung Sangkar Gunungkidul"
Posting Komentar